Friday, May 9, 2008

Tempat Tinggal Pengaruhi Obesitas

ASAL dan tempat tinggal bisa menunjukkan karakter seseorang. Begitu juga dengan obesitas, bisa dipengaruhi asal dan tempat tinggal seseorang.

Pameo yang mengatakan siapa diri kamu bisa dilihat dari apa yang kamu makan. Dan, bagaimana kamu bersikap bisa dilihat dari asal dan tempat tinggalnya, ini menjadi inspirasi para peneliti Kanada untuk meneliti penyebab obesitas.

Hasilnya pun ternyata tak terlalu meleset. Sebab, obesitas dipengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi dan lingkungan tempat tinggal seseorang. Para peneliti dari Canadian Institute for Health Information melakukan riset di 350 wilayah di Kanada, Australia, dan Amerika Serikat.

Wilayah yang dijadikan model penelitian adalah daerah masyarakat urban yang ekonomi dan perkembangan fisiknya rendah dengan mengombinasikan pola hidup dan makan. Kemudian, dipelajari kontribusinya terhadap pertambahan berat badan yang ideal dan sehat.

Hasil penelitian tersebut, menurut Kim Raine, Pemimpin Riset dan Direktur Centre for Health Promotion Studies, Universitas Alberta, masyarakat yang hidup di permukiman kelas menengah atas memiliki tubuh lebih aktif dan sehat dibandingkan masyarakat yang hidup di permukiman menengah ke bawah.

Selain itu, para peneliti menemukan orang yang hidup di permukiman masyarakat yang pendapatannya rendah, lebih mudah mendapatkan akses makanan fast food. Berbeda dengan masyarakat kelas menengah atas yang mudah mendapatkan akses makanan sehat dan bergizi di berbagai pasar dan supermarket.

"Kami menemukan sebuah pola bahwa masyarakat berpendapatan rendah kesulitan mendapatkan makanan sehat yang murah. Karena itu, mereka lebih memilih fast food. Padahal, makanan itu mengandung lemak dan kalori tinggi. Selain itu, masyarakat pendapatan rendah yang kebanyakan kaum urban jarang berolahraga dan memiliki kelebihan berat badan," papar Raine.

Raine menyatakan, masyarakat di wilayah urban jarang berolahraga karena kurangnya fasilitas dan sarana olahraga yang memadai. Berbeda dengan berbagai tempat tinggal masyarakat menengah atas yang dilengkapi fasilitas olahraga dan kesehatan yang baik. Namun, Raine mengatakan meski masyarakat kelas menengah atas memiliki fasilitas olahraga yang baik, tak berarti semua penghuninya tak terkena obesitas.

Masalahnya, karena memiliki berbagai kemewahan, masyarakat menegah atas lebih senang beraktivitas menggunakan kendaraan bermotor. Padahal, bisa saja semua aktivitas itu dilakukan dengan berjalan atau bersepeda. Akibatnya, tubuh yang jarang digerakkan menjadi tidak sehat dan berpotensi menimbulkan obesitas.

"Jika Anda tinggal di perumahan kuldesak (terbatas) dan beberapa fasilitas berada di luar kompleks, biasanya untuk pergi Anda lebih senang mengendarai mobil atau sepeda motor," papar Raine.

Jadi, dia menyarankan untuk mengurangi risiko obesitas di masyarakat permukiman urban, pemerintah setempat harus membuat kebijakan pemotongan pajak untuk bahan makanan. Dengan demikian, masyarakat berpenghasilan pas-pasan bisa mendapatkan makanan sehat dan bergizi yang murah atau terjangkau.

Sementara itu, bagi masyarakat di permukiman menengah ke atas yang memiliki fasilitas olahraga lebih lengkap dan akses lebih mudah mendapatkan makanan, meningkatkan kegiatan olahraga secara rutin. Dengan demikian, bisa membakar lemak dan kalori dalam tubuh. Sebab, banyaknya asupan makanan jika didiamkan akan bertumpuk.

Sementara itu, Profesor Yoshitaka Kaneita dari Universitas Nihon, Jepang, mengatakan, obesitas juga disebabkan kurangnya waktu tidur yang ideal. Menurut dia, orang yang kurang tidur dari lima jam setiap malam berisiko lebih besar mengalami obesitas dan diabetes.

Kesimpulan itu berdasarkan penelitian terhadap 21.693 lelaki pada 1999 sampai 2006. Lelaki yang sebelumnya tidak gemuk pada 1999, berat badannya bertambah 1,36 kali jika dia tidur kurang dari lima jam setiap malam dibandingkan lelaki yang tidur normal. Kurang tidur juga menyebabkan tingkat gula darah naik menjadi 1,27 kali.

Source : www.radarbanjarmasin.com

Manfaat Jus Wortel

Selama ini wortel dikenal sebagai sayuran yang bisa juga jadikan jus. Jus wortel memiliki banyak manfaat bagi kita untuk usia yang masih dini. Selain itu, jus wortel juga punya berbagai manfaat untuk kesehatan.

Warna kuning/oranye dari wortel menunjukkan kandungan karotin. Jus wortel memiliki efek terhadap kesehatan. Minum jus wortel juga bagus untuk efek pembersihan liver dengan kandungan vitamin A yang ada dalam sayuran ini. Vitamin A mengurangi empedu dan lemak di dalam liver.

Dalam wortel juga ada kandungan vitamin E, yang membantu mencegah kanker. Jus wortel yang dicampur dengan susu juga merupakan vitamin A ideal untuk bayi. Jus wortel juga cocok dicampur dengan jus buah lainnya. Gangguan sakit-sakit di usia tua pun juga dapat terbantu dengan rutin minum jus wortel tiap hari.

Jus wortel juga bagus diminum ibu hamil. Kandungan Beta carotene dalam buah ini juga merupakan antioksidan, yang bagus buat ibu dan calon bayinya. Selain itu, antioksidan juga membantu memperlambat proses penuaan. Buah lain yang kaya anti oksidan adalah berry. Kedua buah ini bisa dijus bersama-sama atau secara terpisah.

Manfaat jus wortel adalah berguna sebagai anti-inflammatory dan menyegarkan kulit. Dan dapat membantu mencegah kanker. Selain itu, jus wortel membantu memudarkan bercak-bercak di kulit. - Jus wortel yang dikonsumsi tiap hari mampu mengatasi kulit kasar karena bercak dan pigmentasi

Mungkin bagi sebagian orang jus wortel terasa tak enak, tapi demi kesehatan dan melihat manfaatnya tak ada salahnya untuk dicoba. Selamat mencoba!.

Source : www.radarbanjarmasin.com

Makanan Pengganggu ASI

Ketika menyusui, pengaturan menu makan seorang ibu sangatlah penting, sama pentingnya dengan perawatan bayi. Selain gizi seimbang plus air putih, menu makan ibu menyusui sebaiknya juga memperhatikan beberapa zat makanan yang disinyalir dapat mengganggu produksi maupun kualitas ASI. Makanan-makanan pengganggu ini dapat masuk ke ASI dan mengganggu bayi, dua jam setelah Anda mengonsumsinya. Demikian yang ditegaskan oleh Dr. William Sears dalam The Baby Book.

Tanda-tanda bahwa makanan tersebut adalah pengganggu ASI dapat dilihat pada bayi. Misalnya, bayi menjadi rewel, sakit perut, tingkah laku gelisah, atau apa yang disebut sebagai kolik 24 jam –yaitu rasa sakit yang terjadi, maksimum 24 jam setelah ibu mengonsumsi makanan yang dicurigai, tapi hal itu tidak terjadi lagi sampai ibu mengonsumsi lagi makanan yang sama. Beberapa makanan yang dicurigai dapat mengganggu ASI adalah:

Produk olahan berbahan susu. Kandungan protein alergenik pada produk-produk olahan berbahan susu dapat masuk ke ASI dan menghasilkan gejala sakit perut pada bayi. Makanan itu antara lain adalah susu, yoghurt, dan keju.

Makanan yang mengandung kafein. Minuman ringan, coklat, kopi, teh, dan minuman pengurang rasa dingin, semuanya mengandung kafein. Meskipun sebagian bayi lebih peka terhadap kafein dibanding bayi lainnya, biasanya ibu harus mengonsumsi produk ini dalam jumlah besar terlebih dulu untuk dapat memberi efek mengganggu pada bayinya.

Biji-bijian dan kacang-kacangan. Yang paling alergenik dari jenis ini adalah gandum, jagung, dan kacang tanah.

Makanan pedas. Air susu ibu akan terasa berbeda setelah Anda mengonsumsi makanan pedas dan mengandung bawang putih. Salad, pizza, dan minuman keras juga dapat menimbulkan protes dari lambung bayi, sehingga ia menolak minum ASI atau menjadi sakit perut.

Makanan yang mengandung gas. Brokoli, bawang putih, tauge, cabai hijau, kembang kol, dan kubis dapat mengganggu bayi, tapi tidak terlalu mengganggu bila sudah dimasak. Memang cukup sulit untuk menjelaskan secara ilmiah bagaimana makanan tersebut dapat mengganggu bayi, namun pengalaman para ibu menyusui menyebutkan bahwa makanan yang banyak mengandung gas membuat bayi banyak mengeluarkan gas pula.

Selain jenis makanan yang mengganggu ASI, ibu menyusui sebaiknya juga memperhatikan aturan lain dalam menyantap makanan. Aturan itu adalah jangan berlebihan dalam mengonsumsi suatu makanan. Ada bayi yang bisa terganggu setelah ibunya makan makanan tersebut dalam jumlah yang banyak, misalnya bila ibu terlalu banyak makan makanan olahan dari gandum dan makanan asam. Namun dalam jumlah kecil, makanan ini masih bisa ditoleransi oleh pencernaan bayi.

Source : www.radarbanjarmasin.com