Thursday, March 20, 2008

Kencing Ditahan, ISK Datang

Menahan keinginan atas sesuatu tak selalu berdampak baik, misalnya menahan kencing. Kebiasaan menahan hasrat berkemih bisa berakibat buruk, terutama bagi kesehatan saluran ureter dan ginjal. Ini karena urin yang berisi limbah tubuh tak langsung dikeluarkan.

Ibarat saluran air yang tidak rutin dibersihkan, kotorannya akan membuat saluran mampat. Bukan hanya itu, kotoran yang tidak keluar juga akan menimbulkan pembusukan. Infeksi saluran kencing (ISK) akibatnya.

Pengalaman ini dirasakan oleh Reni (36). Kebiasaan jelek menahan kencing sering ia lakukan sejak duduk di bangku SMP. Entah mengapa, setiap kali melakukan perjalanan jauh, ia antipipis.

“Biasanya ‘kan bus itu berhenti kalau ada yang mau kencing. Nah saya malah senang banget kalau nggak kencing. Kesannya kuat, gitu lho,” tutur karyawati sebuah perusahaan asuransi ini.

Mulanya ia tidak khawatir dengan masalah kesehatan yang bakal muncul akibat kebiasaan buruknya itu. Saat SMA, gejala penyakit sebenarnya sudah terasa. Pada waktu itu, ia merasakan sakit di perut kiri bagian bawah.

“Saya pikir itu pasti karena menstruasi karena sakitnya di bagian perut yang sepertinya berhubungan dengan kandungan. Soalnya kakak saya suka sakit kayak gitu pas menstruasi, sampai pingsan segala,” ujar istri wartawan olahraga ini.

Lekosit Tinggi
Sebenarnya rasa sakit itu muncul tak hanya di kala haid. Di hari-hari biasa, rasa sakit tetap ada. Setiap pagi, perut sebelah kiri bawah pasti terasa sakit. “Luar biasa nyerinya. Sampai saya takut bergerak,” katanya.

Dalam satu hari, setidaknya Reni merasakan nyeri itu 2-3 kali, selama beberapa detik. Dugaan atas rasa sakit itu membuatnya berkonsultasi ke dokter kandungan. Namun, dokter kandungan tidak menemukan kejanggalan apa pun. Artinya, kandungannya baik-baik saja.

Setelah menikah dan rasa sakit tetap dirasakan, ia mencoba berkonsultasi ke dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG), tampak ada masalah di ginjal kirinya. “Agak bengkak,” katanya.

Kemudian pemeriksaan dilakukan dengan rontgen kontras. Hasilnya baru terlihat lebih jelas. Ginjal sebelah kiri membesar dan tergenang air. Saluran ureter yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih mengalami penyempitan. Tidak ada batu ginjal.

Setelah itu, Reni berkonsultasi dengan urolog, Prof. Akmal Taher. Uretrotoskopi yang dilakukan Prof. Akmal menunjukkan penyempitan dan pembusukan pada ureternya. Salurannya juga mengalami luka.

Saat dilakukan pemeriksaan urin, kadar lekositnya tinggi, tanda terjadi perkembangbiakan kuman. Menurut dokter, kuman E. coli berkembang biak di genangan air itu. Kadar lekosit yang tinggi juga menjelaskan mengapa tubuhnya seringkali lebih hangat dibanding teman-teman sekolahnya. Diagnosis dokter pun menjadi jelas. Reni menderita infeksi saluran kencing.

Karena ada bagian ureter yang mengalami pembusukan, tahun 2003 dokter melakukan tindakan pembedahan untuk memotong bagian tersebut. Kemudian, untuk menyambung ureter dipasang double G stent. Alat tersebut membuat Reni menahan sakit saat berkemih selama 1,5 bulan. Obat antibiotika juga diberikan untuk mengatasi masalah kuman.

Sekarang infeksinya sudah sembuh. Meski begitu, dokter mewanti-wanti bahwa penyakitnya bisa kambuh. Prof. Akmal pun menganjurkan Reni minum air putih 2 liter per hari, tidak menahan kencing, menggunakan celana dalam yang menyerap keringat agar tak menjadi tempat bagi bakteri, dan selalu menjaga higienitas organ intim.

Banyak pada Wanita
Infeksi saluran kencing merupakan masalah kesehatan serius yang memengaruhi jutaan orang setiap tahunnya. Infeksi ini lebih banyak diderita kaum hawa, terutama di usia di atas 40 tahun atau menjelang menopause. Ini karena selaput lendir mulai kering, sehingga lebih rentan mengalami infeksi. Infeksi ini juga bisa diderita oleh wanita muda.

Salah satu faktor ISK banyak terjadi pada wanita karena saluran kencingnya lebih pendek ketimbang pada pria. Saluran kemih ini juga jaraknya lebih dekat dengan vagina dan anus. Hal ini memungkinkan bakteri di sekitar anus masuk ke vagina dan uretra (saluran kencing untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih).

Itu sebabnya, pada wanita, saat selesai berkemih, sangat disarankan untuk membersihkan organ intim dari arah depan ke belakang. Masalahnya, ujar DR. Dr. Rudi Yuwana, Sp.B., Sp.U, urolog dari FK Universitas Diponegoro, sudah menjadi kebiasaan para wanita seusai buang air besar atau berkemih, membersihkan dari arah belakang ke depan. “Mestinya dari arah depan ke belakang, agar bakteri tidak masuk ke saluran kencing,” kata doktor lulusan Universitas Airlangga ini.

Mereka yang terkena ISK biasanya mengalami simtom berupa sakit dan terasa panas sewaktu kencing, berkali-kali kencing tetapi hanya keluar sedikit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman atau kerap disebut anyang-anyangan.

Dengan pengobatan antibiotika, ISK bisa disembuhkan. Untuk ISK akut, pengobatannya cepat. “Biasanya dalam waktu 1-2 minggu, dengan pengobatan yang tepat, infeksi saluran kencing akan sembuh. Sayang, untuk infeksi saluran kencing kronis, perlu waktu penyembuhan lebih lama,” ujarnya.

Pengobatan ISK harus tuntas. Bila tidak tuntas bisa membuat wanita sulit hamil. Itu karena, lanjut spesialis bedah lulusan Undip ini, bakteri mudah menginfeksi saluran lahir atau vagina yang bisa berlanjut ke indung telur.

DR. Rudi lalu mewanti-wanti kaum hawa untuk mendeteksi ada-tidaknya ISK sebelum hamil, dengan rutin memeriksakan urin. Pun saat hamil, tak ada salahnya memeriksakan urin, sehingga bila terjadi ISK, bisa segera ditangani.

Pengobatan bisa diberikan saat hamil sekalipun. “Tetap bisa diobati, tetapi obat antibiotik yang diberikan tentu saja yang tidak mengganggu kehamilan,” sebutnya.

Menurut beberapa laporan, sekitar 2-4 persen wanita hamil mengalami infeksi kemih. Para ahli berpendapat bahwa perubahan hormonal dan pergeseran posisi saluran kemih selama kehamilan membuat bakteri lebih mudah bergerak dari ureter ke ginjal.

Untuk alasan ini, banyak dokter menganjurkan pemeriksaan urin secara berkala selama kehamilan.

Sumber : Gayahidupsehatonline.com

No comments: